Tuesday, May 13, 2008

Saat Panggilan itu Tiba

Oleh : Ida Arbaiyah - Daegu Korea Selatan

Hidup ini adalah perjuangan, senandung itu selalu melecut semangatku kala kurasakan lelah bekerja di negeri ini. Yach… berjuang untuk masa depan yang lebih baik tentunya. Bahkan demi cita-cita itu, rela meninggalkan keluarga dan negara selama bertahun-tahun. Tentu saja saat mengambil pilihan itu saya siap dengan konsekuensinya. Tegar aja, mungkin begitu bahasa kerennya. Tapi kenyataannya kala dilanda musibah, koq gak tegar ya ??

Malam itu, selesai melaksanakan shalat Isya, kurencanakan untuk menelepon ke rumah seperti biasanya, walaupun akhir-akhir ini tidak seperti biasa, karena pagi, siang dan sore terus menelepon, tapi belum sempat kuraih handpone di dahului sms yang masuk. “Kak, mamak udah gak ada, sabar ya… kak”, demikian bunyi short messege yang dikirim adikku yang terkecil. Hampir tak sanggup kulafazkan Innalillali wa inna ilaihi roji’un, untuk Ibunda tercinta kami, serasa begitu berat dan serasa tak percaya itu terjadi. Ya Allah, akhirnya Engkau ambil ibu kami saat ini, padahal selama 2 minggu terakhir kami senantiasa berusaha dan berharap untuk kesembuhannya. Dan untukku yang jauh ini, sedikit kondisi ibu membaik sudah menerbitkan harapan yang begitu besar. Ya Allah … aku sudah tidak punya ibu……

Duhai ibunda, padahal masih banyak yang ingin kulakukan untuk membahagiakanmu, masih ingin kudengar cerita bahagiamu dapat memancing ikan atau mengupas buah pinang walau tanpa penglihatan karena penyakit diabetes yang di derita. Dan masih ingin kuharapkan do’a mustajab darimu, karena do’a ibu cepat diijabah oleh Allah SWT. Ibu… kini kala kuingat dirimu, gagal kutahan air mata ini, rindu padamu hanya dapat di rasakan dalam bayang-bayang buram karena telah bertahun tak bertemu, atau hanya dapat ditatap dalam bingkai foto dikamarku. Tak dapat kulihat senyum terakhir mu, tak dapat kumandikan jasadmu, menshalatkan jenazahmu seperti saudara yang lain dan tak dapat kuantarkan ketempat peristirahat terakhirmu.

Duhai ibu, maafkan atas segala dosa dan kesalahanku selama ini hanya itu yang dapat kulantunkan dan semoga Allah menerima semua amal ibadahmu, menempatkan ditempat yang sebaik-baiknya di sisiNya.

Mungkin saudara-saudara pernah merasakan, bagaimana sedihnya takkala satu diantara anggota keluarga yang kita cintai meninggal, apalagi orangtua (karena kita hanya punya orangtua sekali), saat mereka dipanggil tanpa kehadiran kita, dan karena jarak dan waktu hingga kita tak sempat melihat dan mengantarkan keperistirahatan terakhirnya. Sedangkan kala mereka masih ada kita lupa menyisakan sedikit waktu dalam sehari untuk menelepon mereka, kita sudah merasa cukup dengan memberikan sedikit rejeki yang kita punya, padahal bukan hanya itu yang mereka butuhkan dari anak-anaknya yang jauh dan dirindukan. Semoga kejadian ini dapat membuatku dan saudara-saudaraku semua untuk merenungi, sudahkah kita cukup berbuat baik pada kedua orangtua kita ??? Ada baiknya kita bertanya pada diri kita, selagi kesempatan masih ada, dan sebelum sesal itu datang.

0 comments: