Saturday, December 15, 2007

Rizki Yang Barokah

Oleh: Haznan Abimanyu - Korea Selatan

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS Asy Syura (42) ayat 27)

Kalau kita perhatikan, setiap hari dipagi hari orang lalu lalang dijalan, begitu juga disore/malam hari. Ada yang berangkat kerja, ada yang sedang mencari rizki dan ada yang baru balik dari tempat kerja. Begitu juga diri kita, setiap hari kita pergi ke dan pulang dari tempat kerja kita, guna mendapatkan rizki. Ada yang bekerja 8 jam, ad yang 12 jam, bahkan ada yang lebih dari itu. Sungguh Allah menciptakan siang hari untuk kita mencari rizki dan malam hari digunakan untuk beristirahat, sebagaimana firman Nya:

“dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malammu sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,” (QS An Nabaa (78) ayat 9-11)

Apa sih rezeki/rizki itu? Apakah kalau kita mendapat gaji/pendapatan sebesar 1,5 juta won, itulah rizki kita? Atau sebaliknya apakah kalau kita hanya mendapatkan 300.000 won, itu adalah rizki kita? Jawabnya TIDAK. Rizki adalah apa yang datang dari Allah yang dapat dimanfaatkan, untuk yang baik atau buruk, halal atau haram. Jadi rizki kita adalah sebesar apa yang bisa kita manfaatkan untuk diri kita, selebihnya bukan rizki kita, boleh jadi rizki orang lain, istri, anak, orang tua, saudara, dll. Misalnya, kita mendapatkan uang 1 juta won/bulan, yang bias kita manfaatkan untuk makan, beli pakaian, sepatu, dll. hanya habis 500.000 won. Nah, itulah rizki kita, selebihnya? Tergantung kita berikan kepada siapa. Jadilah uang itu rizki bagi orang yang kita beri.

Bagiaman kita mendapatkan rizki? Rizki bisa mendatangi kepada kita atau kita yang mendatangi rizki. Rizki yang mendatangi kita adalah rizki yang diberikan kepada kita oleh seseorang, misalnya hadiah. Sedangkan rizki yang kita datangi adalah rizki yang kita peroleh dari tempat kita bekerja mendapatkannya. Namun, kita tidak tahu dimana sumber rizki bagi kita. Oleh karena itu kita harus mencarinya dimana saja, bukan hanya menunggunya mendatangi kita. Bisa jadi rizki kita bukan berada ditempat kelahiran kita, bisa jadi juga bukan ditempat kerja kita. Betapa banyak kita melihat orang bekerja siang dan malam, taoi tidak mendapatkan apa-apa, seperti kasus TKI/TKW yang kita bisa baca diberita-berita.

Bisa jadi kita sudah membanting tulang untuk bekerja, tapi kita tidak mendapatkan yang kita harapkan (sedikit), sebaliknya orang yang kerjanya santai, tapi mendapatkan uang yang banyak. Apakah rizki salah alamat? Tidak, rizki tahu alamat pemiliknya, dia tidak akan salah alamat, karena Allah sudah menentukannya.

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Hud (11) ayat 6)

Kalau kata orang betawi, “Rizki gak kemane-mane …”

Banyaknya rizki yang kita terima juga sudah ditentukan Allah semasa kita masih dalam perut ibu kita, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

"Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya." (HR. Al-Bukhariy no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu)

Mengenai besarnya yang kita terima ketika kita hidup didunia, ayat pertama diatas sudah menerangkan, bahwa Allah menurunkannya sesuai ukuran buat kita masing-masing. Kalau kita dapatnya sebesar A, maka itulah ukuran dari Allah. Kalau diberikan lebih, maka kita akan melampaui batas. Lupa untuk bersyukur, beribadah, dll. Atau kalau kita mencari yang lebih dari ukuran, maka kita bisa terjerumus kepada hal-hal yang diharaman, menipu, mencuri, korupsi, dll. Nau’dzu billahi mindzalik.

Oleh karena itulah, kita sebagai muslim tidak boleh takut/khawatir terhadap rizki kita. Semua sudah ada batasannya, tinggal kita mencarinya saja. Juga dalam mencari rizki, bukan mendapatkan sebanyak-banyaknya penghasilan. Tapi kejarlah/carilah rizki yang berkah.

Apa rizki yang berkah itu?

(jangan kemana-mana dulu, nanti kan yang satu ini …, bersambung…)

0 comments: