Monday, August 27, 2012

Inilah Sepuluh Alasan Mengapa Islam Mengharamkan Babi

-- Ajaran Islam mengharamkan umatnya mengkonsumsi daging babi dan atau memanfaatkan seluruh anggota tubuh babi. Berikut sepuluh alasan mengapa babi diharamkan.

Pertama, babi adalah container (tempat penampung) penyakit.

Beberapa bibit penyakit yang dibawa babi seperti Cacing pita (Taenia solium), Cacing spiral (Trichinella spiralis), Cacing tambang (Ancylostoma duodenale), Cacing paru (Paragonimus pulmonaris), Cacing usus (Fasciolopsis buski), Cacing Schistosoma (japonicum), Bakteri Tuberculosis (TBC), Bakteri kolera (Salmonella choleraesuis), Bakteri Brucellosis suis, Virus cacar (Small pox), Virus kudis (Scabies), Parasit protozoa Balantidium coli, Parasit protozoa Toxoplasma gondii

Kedua, daging babi empuk.

Meskipun empuk dan terkesan lezat, namun karena banyak mengandung lemak, daging babi sulit dicerna. Akibatnya, nutrien (zat gizi) tidak dapat dimanfaatkan tubuh.

Ketiga, menurut Prof. A.V. Nalbandov (Penulis buku : Adap-tif Physiology on Mammals and Birds) menyebutkan bahwa kantung urine (vesica urinaria) babi sering bocor, sehingga urine babi merembes ke dalam daging. Akibatnya, daging babi tercemar kotoran yang mestinya dibuang bersama urine.

Keempat, Lemak punggung (back fat) tebal dan mudah rusak oleh proses ransiditas oksidatif (tengik), tidak layak dikonsumsi manusia.

Kelima, babi merupakan carrier virus/penyakit Flu Burung (Avian influenza) dan Flu Babi (Swine Influenza).

Di dalam tubuh babi, virus AI (H1N1 dan H2N1) yang semula tidak ganas bermutasi menjadi H1N1/H5N1 yang ganas/mematikan dan menular ke manusia.

Keenam, menurut Prof Abdul Basith Muh. Sayid berbagai penyakit yang ditularkan babi seperti, pengerasan urat nadi, naiknya tekanan darah, nyeri dada yang mencekam (Angina pectoris), radang (nyeri) pada sendi-sendi tubuh.

Ketujuh, Dr. Murad Hoffman (Doktor ahli & penulis dari Jerman) menulis bahwa Memakan babi yang terjangkiti cacing babi tidak hanya berbahaya, tapi juga menyebabkan peningkatan kolesterol tubuh dan memperlambat proses penguraian protein dalam tubuh.

Ditambah cacing babi Mengakibatkan penyakit kanker usus, iritasi kulit, eksim, dan rheumatic serta virus-virus influenza yang berbahaya hidup dan berkembang di musim panas karena medium (dibawa oleh) babi.

Kedelapan, penelitian ilmiah di Cina dan Swedia menyebutkan bahwa daging babi merupakan penyebab utama kanker anus dan usus besar.

Kesembilan, Dr Muhammad Abdul Khair (penulis buku : Ijtihaadaat fi at Tafsir Al Qur’an al Kariim) menuliskan bahwa daging babi mengandung benih-benih cacing pita dan Trachenea lolipia. Cacing tersebut berpindah kepada manusia yang mengkonsumsi daging babi.

Kesepuluh, DNA babi mirip dengan manusia, sehingga sifat buruk babi dapat menular ke manusia. Beberapa sifat buruk babi seperti, Binatang paling rakus, kotor, dan jorok di kelasnya, Kemudian kerakusannya tidak tertandingi hewan lain, serta suka memakan bangkai dan kotorannya sendiri dan Kotoran manusia pun dimakannya. Sangat suka berada di tempat yang basah dan kotor. Untuk memuaskan sifat rakusnya, bila tidak ada lagi yang dimakan, ia muntahkan isi perutnya, lalu dimakan kembali. Lebih lanjut Kadang ia mengencingi pakannya terlebih dahulu sebelum dimakan.

Selain kesepuluh alasan diatas ternyata ada beberapa penyakit lain yang dapat disebabkan oleh babi seperti kholera babi (penyakit menular berba-haya yang disebabkan bakteri), keguguran nanah (disebabkan bakteri prosilia babi), kulit kemerahan yang ganas (mematikan) dan menahun, Penyakit pengelupasan kulit, dan Benalu Askaris, yang berbahaya bagi manusia

Tuesday, May 13, 2008

Saat Panggilan itu Tiba

Oleh : Ida Arbaiyah - Daegu Korea Selatan

Hidup ini adalah perjuangan, senandung itu selalu melecut semangatku kala kurasakan lelah bekerja di negeri ini. Yach… berjuang untuk masa depan yang lebih baik tentunya. Bahkan demi cita-cita itu, rela meninggalkan keluarga dan negara selama bertahun-tahun. Tentu saja saat mengambil pilihan itu saya siap dengan konsekuensinya. Tegar aja, mungkin begitu bahasa kerennya. Tapi kenyataannya kala dilanda musibah, koq gak tegar ya ??

Malam itu, selesai melaksanakan shalat Isya, kurencanakan untuk menelepon ke rumah seperti biasanya, walaupun akhir-akhir ini tidak seperti biasa, karena pagi, siang dan sore terus menelepon, tapi belum sempat kuraih handpone di dahului sms yang masuk. “Kak, mamak udah gak ada, sabar ya… kak”, demikian bunyi short messege yang dikirim adikku yang terkecil. Hampir tak sanggup kulafazkan Innalillali wa inna ilaihi roji’un, untuk Ibunda tercinta kami, serasa begitu berat dan serasa tak percaya itu terjadi. Ya Allah, akhirnya Engkau ambil ibu kami saat ini, padahal selama 2 minggu terakhir kami senantiasa berusaha dan berharap untuk kesembuhannya. Dan untukku yang jauh ini, sedikit kondisi ibu membaik sudah menerbitkan harapan yang begitu besar. Ya Allah … aku sudah tidak punya ibu……

Duhai ibunda, padahal masih banyak yang ingin kulakukan untuk membahagiakanmu, masih ingin kudengar cerita bahagiamu dapat memancing ikan atau mengupas buah pinang walau tanpa penglihatan karena penyakit diabetes yang di derita. Dan masih ingin kuharapkan do’a mustajab darimu, karena do’a ibu cepat diijabah oleh Allah SWT. Ibu… kini kala kuingat dirimu, gagal kutahan air mata ini, rindu padamu hanya dapat di rasakan dalam bayang-bayang buram karena telah bertahun tak bertemu, atau hanya dapat ditatap dalam bingkai foto dikamarku. Tak dapat kulihat senyum terakhir mu, tak dapat kumandikan jasadmu, menshalatkan jenazahmu seperti saudara yang lain dan tak dapat kuantarkan ketempat peristirahat terakhirmu.

Duhai ibu, maafkan atas segala dosa dan kesalahanku selama ini hanya itu yang dapat kulantunkan dan semoga Allah menerima semua amal ibadahmu, menempatkan ditempat yang sebaik-baiknya di sisiNya.

Mungkin saudara-saudara pernah merasakan, bagaimana sedihnya takkala satu diantara anggota keluarga yang kita cintai meninggal, apalagi orangtua (karena kita hanya punya orangtua sekali), saat mereka dipanggil tanpa kehadiran kita, dan karena jarak dan waktu hingga kita tak sempat melihat dan mengantarkan keperistirahatan terakhirnya. Sedangkan kala mereka masih ada kita lupa menyisakan sedikit waktu dalam sehari untuk menelepon mereka, kita sudah merasa cukup dengan memberikan sedikit rejeki yang kita punya, padahal bukan hanya itu yang mereka butuhkan dari anak-anaknya yang jauh dan dirindukan. Semoga kejadian ini dapat membuatku dan saudara-saudaraku semua untuk merenungi, sudahkah kita cukup berbuat baik pada kedua orangtua kita ??? Ada baiknya kita bertanya pada diri kita, selagi kesempatan masih ada, dan sebelum sesal itu datang.
Monday, May 12, 2008

DA’WAH DI RUANG CHATTING

Oleh : Adji


Suatu ketika terjadi perbincangan antara TKI si SAPROL dengan TKW si KATIYEM nama kerennya ,mereka sama-sama merantau di luar negri.Mereka bertemu di room chat disaat sama-sama iseng dalam melepas kejenuhan hari-hari sepinya.
Cuplikan ceritanya :

SAPROL : Assalamu’alikum (sapanya )
KATIYEM : Wa’alikum salam warohmatullahi wa barokatuh
SAPROL : Gimana kabarnya…
KATIYEM : Baik Akang..gimana dgn akang disana..?
SAPROL : Alhamdulillah baik juga..semoga kita selalu dlm lindungan ALLAH ta’ala.
Skrg lagi dirumah apa di WARNET ..
KATIYEM : Di WARNET Kang…kla Akang dimana ?
SAPROL : lagi dirumah temenku,kebetulan tadi abis ada acara YASINAN
KATIYEM :Wah disana juga ada YASINAN ya Kang
SAPROL : Yah..buat isi waktu aja,daripada buat jln2 atau buat hal yg tak bermanfaat/sia2
Kalo disana gmn ada ngak..kayak YASINAN ,pengajian2 rutin spt itu
KATIYEM :Ada sich..tapi aku ngak pernah ikut
SAPROL :Kenapa…kan buat nambah ilmu dan juga amal ibadah kita
KATIYEM :Iya sich..males aja lagian ngak ada waktu
SAPROL :Ya di sempat2tin ..kl males/ngak ada waktu buktinya sekarang sempat ke WARNET
Ngomong2 dah sholat ISYA’ blm nich..
KATIYEM :blm ..disini aku ngak pernah sholat Kang..( jujur an polos katanya)
SAPROL :MASYA ALLAH..Kenapa ? ( mbenggong/terkejut ketika dgr kt spt itu )
KATIYEM : AHH..NGAK TAU Kang knp juga..
SAPROL :SHOLATlah Yem..(kt SAPROL penuh harapan ) kan SHOLAT itu kewajiban bagi
Kita (beragama ISLAM.)
KATIYEM :Iya Kang ..INSYA ALLAH
Kringggg kringgggg….kring bunyi nada HP berdering,diangkatNya HP punya
Katiyem ! ( ternyata ada telp dari BOS-Nya suruh pulang )

KATIYEM : Aduh ma’af Kang..aku mau cabut dulu dsuruh plg BOSku
SAPROL : Ya silahkan…dan pesenku jgn lupa lho Yem sholatNya.
KATIYEM :OXE…Eh lupa No telpMu brapa sich..?
SAPROL : buat apa No hp ku…?
KATIYEM :Ya kalo boleh,minta ntar kl aku pgn tanya2 mslh Agama.Kayaknya Akang pintar/
Tekun ibadah.

SAPROL : Ah ngak juga sich…gimana kl No tlpku lain kali aja.Kalo mau tak kasih WEBSITE ISLAMI,disitu kamu nanti bisa liat tentang Agama dsbNya.
Ketik aja www.pumita-busan.blogspot.com
www.myquran.org
www.islamicfinder.org
www.radiorodja.com dan masih buanyak lagi.
KATIYEM :Wah makasih sekali ya Kang!Dah aku mau plg dulu..Wassalamu’alaikum Wr.Wb
SAPROL :Ya..Yem hati-hati di jln .Wa’alaikum salam Wr.Wb

Belum sempat panjang lebar percakapan mereka,sudah diundang oleh nada dering HP berbunyi
Dari BOSnya KATIYEM.Wah ternyata ada hikmahnya dibalik semua itu.antara lain :
- Chatting tidak semuanya menjadikan keburukan (tinggal orangnya) bisa juga sebagai media da’wah.Cari ilmu yb bisa Bermanfaat di dunia dan berarti bagi Akherat nanti
.
- Chatting ingat waktu sholat…(tu lebih baik) terkadang kalo udah di dpn komptr.kita duduk ber jam jam,tapi meluangkan waktu sedikit buat sholat kadang tdk sempat.
- Walaupun kita belum benar/baik,paling tidak kita berkeinginan agar orang lain bisa
Menjadi baik .
Semoga ALLAH selalu melindungi kita,menguatkan keimanan kita di Perantauan.Dan semua
Kebenaran hanyalah milik ALLAH semata.

Wallahu a‘lam
Saturday, December 15, 2007

Berkurban atau Berkorban, Ikhlaslah!

Oleh: Idah Arbaiyah - Daegu Korea Selatan


" Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah
(sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)”


Di bulan Dzulhijjah ini ada 2 moment yang penting bagi umat Islam, yaitu ibadah haji dan berkurban. Bagi kita yang hingga saat ini belum dapat melaksanakan ibadah haji tentu mempunyai keinginan untuk berkurban sebagai tanda ketaatan kita kepada perintah Allah SWT. Karena ibadah Qurban merupakan salah satu ibadah yang di syari’atkan dalam islam. Ibadah ini mempunya dua asp, yaitu yang berhubungan dengan Allah dan yang berhubungan dengan manusia. Tentu saja ini adalah salah satu bentuk tarbiyah dzatiyah (pembinaan diri) untuk mengikis gejala-gejala penyakit kikir, cinta dunia dan kufur nikmat. Lalu dengan ini pula seorang muslim diajak untuk memperhatikan saudaranya, karena masih banyak muslim lain yang belum bisa menikmati hewan kurban pada hari-hari biasa dengan berbagai alasan. Begitu pentingnya berqurban ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:


siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami. (HR. Ahmad dan Ibn. Majah).



Kita yang tentu saja punya kelebihan dari segi financial (kalau boleh dikatakan) dengan penghasilan yang lumayan cukup untuk ukuran kalangan menengah kebawah tentu saja, masing-masing kita pasti punya keinginan untuk melaksanakan 2 ibadah itu. Tapi gimana yah … ini kan di Korea, mau naik haji ONH nya belum cukup nich, lagian visa TKI mana bisa (apa lagi yang gak punya visa). Tapi setidaknya kita kan bisa berkurban sebagai tanda kita mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Karena hukum qurban adalah sunnah muakkad (utama) menurut sahabat, tabi’in, dan fuqana(ahli fiqih). Kita yang ada di Korea ini Insya Allah sanggup, tapi koq ya ….. !


Masih banyak yang sulit untuk melaksanakan ibadah yang satu ini walaupun hanya setahun sekali, padahal begitu banyak pahala yang dijanjikan Allah apabila kita dapat melaksanakannya.



Trus apakan makna berkurban sama dengan berkorban ? Nah… untuk berkurban mungkin kita harus mengorbankan suatu keinginan yang sangat mendesak dan kita perlukan. Tapi ikhlaskah kita apabila kita harus mengorbankan kebutuhan yang sudah sangat mendesak demi mempersembahkan bukti kecintaan dan ketaqwaan kita kita kepada Allah ?


Kalau yang ini tentunya kita tanya niat dong…, mungkin kita nih lagi punya niat beli barang, uang sudah dikumpulin dari sisa-sisa uang saku bulan kemarin. Tapi gimana nih… udah keburu Idul Adha, uang untuk kurban belum disisihkan lagi. Yah… udah deh … korbankan dulu keinginan beli barangnya, ntar kan masih bisa ditunda bulan depan, sedangkan berkurban harus nunggu tahun depan lho. So… jangan tunda sampai besok apa yang dapat anda kerjakan hari ini, siapa tahu esok lusa kita sudah tiada, karena tidak ada yang dapat menjamin umur kita. Jangan kita hanya bisa berniat, buktikan dengan perbuatan, atau haruskan kita harus berkorban perasaan terus dari tahun ke tahun. Keep fighting .... untuk melakukan amal kebaikan, semoga Ridho Allah akan selalu mengiringi langkah kita, dan semoga Allah menguatkan hati kita untuk terus berazzam dalam amal. Wallahu A’lam Bish-shawab.

Rizki Yang Barokah

Oleh: Haznan Abimanyu - Korea Selatan

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS Asy Syura (42) ayat 27)

Kalau kita perhatikan, setiap hari dipagi hari orang lalu lalang dijalan, begitu juga disore/malam hari. Ada yang berangkat kerja, ada yang sedang mencari rizki dan ada yang baru balik dari tempat kerja. Begitu juga diri kita, setiap hari kita pergi ke dan pulang dari tempat kerja kita, guna mendapatkan rizki. Ada yang bekerja 8 jam, ad yang 12 jam, bahkan ada yang lebih dari itu. Sungguh Allah menciptakan siang hari untuk kita mencari rizki dan malam hari digunakan untuk beristirahat, sebagaimana firman Nya:

“dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malammu sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,” (QS An Nabaa (78) ayat 9-11)

Apa sih rezeki/rizki itu? Apakah kalau kita mendapat gaji/pendapatan sebesar 1,5 juta won, itulah rizki kita? Atau sebaliknya apakah kalau kita hanya mendapatkan 300.000 won, itu adalah rizki kita? Jawabnya TIDAK. Rizki adalah apa yang datang dari Allah yang dapat dimanfaatkan, untuk yang baik atau buruk, halal atau haram. Jadi rizki kita adalah sebesar apa yang bisa kita manfaatkan untuk diri kita, selebihnya bukan rizki kita, boleh jadi rizki orang lain, istri, anak, orang tua, saudara, dll. Misalnya, kita mendapatkan uang 1 juta won/bulan, yang bias kita manfaatkan untuk makan, beli pakaian, sepatu, dll. hanya habis 500.000 won. Nah, itulah rizki kita, selebihnya? Tergantung kita berikan kepada siapa. Jadilah uang itu rizki bagi orang yang kita beri.

Bagiaman kita mendapatkan rizki? Rizki bisa mendatangi kepada kita atau kita yang mendatangi rizki. Rizki yang mendatangi kita adalah rizki yang diberikan kepada kita oleh seseorang, misalnya hadiah. Sedangkan rizki yang kita datangi adalah rizki yang kita peroleh dari tempat kita bekerja mendapatkannya. Namun, kita tidak tahu dimana sumber rizki bagi kita. Oleh karena itu kita harus mencarinya dimana saja, bukan hanya menunggunya mendatangi kita. Bisa jadi rizki kita bukan berada ditempat kelahiran kita, bisa jadi juga bukan ditempat kerja kita. Betapa banyak kita melihat orang bekerja siang dan malam, taoi tidak mendapatkan apa-apa, seperti kasus TKI/TKW yang kita bisa baca diberita-berita.

Bisa jadi kita sudah membanting tulang untuk bekerja, tapi kita tidak mendapatkan yang kita harapkan (sedikit), sebaliknya orang yang kerjanya santai, tapi mendapatkan uang yang banyak. Apakah rizki salah alamat? Tidak, rizki tahu alamat pemiliknya, dia tidak akan salah alamat, karena Allah sudah menentukannya.

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Hud (11) ayat 6)

Kalau kata orang betawi, “Rizki gak kemane-mane …”

Banyaknya rizki yang kita terima juga sudah ditentukan Allah semasa kita masih dalam perut ibu kita, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

"Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya." (HR. Al-Bukhariy no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu)

Mengenai besarnya yang kita terima ketika kita hidup didunia, ayat pertama diatas sudah menerangkan, bahwa Allah menurunkannya sesuai ukuran buat kita masing-masing. Kalau kita dapatnya sebesar A, maka itulah ukuran dari Allah. Kalau diberikan lebih, maka kita akan melampaui batas. Lupa untuk bersyukur, beribadah, dll. Atau kalau kita mencari yang lebih dari ukuran, maka kita bisa terjerumus kepada hal-hal yang diharaman, menipu, mencuri, korupsi, dll. Nau’dzu billahi mindzalik.

Oleh karena itulah, kita sebagai muslim tidak boleh takut/khawatir terhadap rizki kita. Semua sudah ada batasannya, tinggal kita mencarinya saja. Juga dalam mencari rizki, bukan mendapatkan sebanyak-banyaknya penghasilan. Tapi kejarlah/carilah rizki yang berkah.

Apa rizki yang berkah itu?

(jangan kemana-mana dulu, nanti kan yang satu ini …, bersambung…)

Rizki yang berkah 2

oleh: Haznan Abimanyu

Berkah (barokah) artinya bertambahnya berbagai kebajikan. Sesuatu yang menimbulkan kebaikan yang berlipat-lipat. Rizki yang berkah adalah rizki yang apabila digunakan memberikan dampak kebaikan-kebaikan selanjutnya (efek domino). Misalnya, sepiring nasi yang dihasilkan dari rizki yang halal menghasilkan energi yang dapat dipergunakan untuk beribadah kepada Allah atau melakukan kebaikan-kebaikan yang lain. Kebalikan rizki yang berkah adalah rizki yang membawa laknat atau niqmah, yaitu yang akan membawa kepada kepada kesedihan dan kecelakaan manusia, baik didunia maupun di akhirat. Misalnya sepiring nasi yang dihasilkan dari rizki yang tidak halal, menghasilkan energi yang dipergunakan hal-hal yang cenderung kepada hawa nafsu. Bicara yang melahirkan perselisihan/perpecahan, tindakan yang mengakibatkan perkelahian dan pembunuhan. Atau perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT seperti mencuri, merampok, menipu, dll.

Apa yang harus kita lakukan agar rizki yang kita dapatkan menjadi berkah?

Pertama, yakinlah bahwa mencari rizki yang halal adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al Jumu’ah (62) : 10)

Kedua, mencari rizki harus dengan cara yang halal dan barang yang diperolehpun harus halal. Menjauhi diri dari hal-hal yang dilarang syari’at seperti mencuri, merampok, menipu, korupsi, berjudi, dan lain-lain. Disamping itu meskipun caranya halal, tetapi kalau barang yang diproduksi/diperdagangkan tidak halal, maka rizki yang diterimapun menjadi tidak halal. Misalnya, berdagang narkoba, minuman keras, babi, dan barang-barang yang diharamkan syari’at. Begitu juga bekerja disuatu tempat yang memproduksi barang-barang yang haram. Disamping itu tidak dibenarkan bertransaksi dengan cara riba.

Ketiga, rizki yang diperoleh haruslah dibelanjakan/digunakan untuk hal-hal yang diredhoi Allah SWT. Misalnya, menafkahi istri dan anak-anak, memberi kepada orang tua dan saudara, dan berinfak dalam jalan Allah SWT. “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”. (QS. Al Baqarah (2) : 215)

Pemberian rizki kepada orang yang berada dalam tanggungan kita seharusnya dikontrol, untuk apa mereka gunakan rizki yang kita berikan kepada mereka. Jangan sampai digunakan berlebihan atau mubazir, apalagi digunakan dalam rangka maksiat kepada Allah SWT, misalnya untuk membeli minuman keras atau barang-barang yang dilarang syari’at. Sebaliknya bila rizki itu diperuntukan dijalan Allah, patut kita dukung dan ditambah.

Keempat, rizki yang kita peroleh harus dikeluarkan hak-hak social, baik yang wajib dan sunnah -seperti zakat, infak, shodaqoh, wakaf-, maupun yang tathowwu’ (tambahan/sukarela), seperti hadiah, hibah, sumbangan, dll. Dengan cara seperti ini kita terbebas dari lalai kepada Allah karena harta. Berapa banyak orang yang hidup bergelimang harta tapi lupa kepada Allah, yang akhirnya hidup dalam kebimbangan dan ketakutan kehilangan hartanya. Dengan cara ini pula niscaya rizkinya menjadi berkah dan ditambah oleh Allah SWT. “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS Al Baqarah (2) : 245)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah [166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. [166] Pengertian menafkahkan "harta di jalan Allah" meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.” (QS Al Baqarah (2) : 261).

(Bersambung …)

Sunday, October 21, 2007

Kematian Datang Tanpa Permisi




Kematian itu milik semua orang. Dan kematian itu datangnya tiba-tiba. Malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa itu tidak pernah ber-assalaamu'alaikum atau ber-kulonuwun (permisi) pada orang yang akan ia cabut nyawanya. Kita tidak tahu kapan ia datang, dan jika ia datang pun kita tak bisa menolaknya. Padahal jika kita mati, babak baru hidup kita pun dimulai. Waktu hidup, kita bisa mempersiapkan diri untuk hari kiamat, tapi jika sudah mati, kesempatan itu musnah sudah.
Sudah waktunya kita untuk segera beramal, jangan sampai kita menyesal. Al-Hasan berkata, "Mengherankan. Orang masih sempat tertawa padahal di belakangnya ada kobaran api (neraka), dan masih sempat-sempatnya bersenang-senang padahal kematian dari belakangnya. "Dalam kenyataannya ada dua macam akhir hidup, yaitu akhir hidup yang baik atau husnul-khotimah dan akhir hidup yang buruk atau su'ul-khotimah. Husnul-khotimah adalah akhir kehidupan seseorang yang beriman kepada Allah dan percaya pada hari berbangkitnya manusia dengan bermodalkan taqwa. Jadi iman dan taqwa adalah faktor utama untuk menuju husnul-khotimah. Dan ketaqwaan yang berujud amal sholih itu adalah wujud dari keimanan. Contoh husnul-khotimah adalah seseorang yang mati dalam memperjuangkan kalimat Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala atau sesorang yang akhir amalannya dalam taat pada Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala. Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Siapa saja yang mengucapkan 'Laa ilaaha illaLlaah' pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Allah, maka ia akan masuk surga. Siapa saja yang berpuasa pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Allah , maka dia akan masuk surga. Dan siapa saja yang bersedekah pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Allah, maka ia akan masuk surga. "(HR: Ahmad V/391).




Sedangkan su'ul-khotimah ialah apabila sewaktu akan meninggal dunia seseorang didominasi oleh perasaan was-was yang disebabkan keragu-raguan atau keras kepala atau ketergantungan terhadap kehidupan dunia yang akibatnya ia harus masuk ke neraka secara kekal kalau tidak diampuni oleh Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala. Sebab-sebab su'ul-khotimah secara ringkas antara lain adalah perasaan ragu dan sikap keras kepala yang disebabkan oleh perbuatan bid'ah (perkara dalam agama yang tidak pernah dituntunkan oleh Nabi shallallahui 'alaihi wa sallam), menunda-nunda taubat, banyak berangan-angan tentang kehidupan duniawi, senang dan membiasakan maksiat, bersikap munafik, dan bunuh diri.Ibnu Qayyim menyebutkan dari salah seorang saudagar bahwa seseorang di antara kerabatnya sebelum meninggal dunia ditalqin untuk mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illaLlaah. Namun ia justru mengucapkan, " Barang ini murah. Barang pembelian itu bagus. Yang ini begini, yang itu begitu...." dan begitu seterusnya hingga ia mati.Beliau menyebutkan pula bahwa ada seorang lelaki penggemar musik sedang dalam keadaan kritis lalu ditalqin agar mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illaLlaah. Tetapi ia justru menyenandungkan lagu, "Naanana...naanana..." hingga ia mati.Ibnu Rajab Al-Hambaly mengutip ucapan Abdul Aziz bin Abu Rawwad sebagai berikut, "Aku pernah melihat seorang lelaki yang dituntun untuk membaca kalimat syahadat menjelang ajalnya. Namun tragisnya, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya adalah kalimat yang justru mengingkari kalimat syahadat, sehingga ia mati dalam keadaan seperti itu. Ketika kutanyakan siapa dia sebenarnya, ternyata dia adalah peminum minuman keras" Abdul-Aziz lalu berkata pada para pelayat, " Takutlah kalian dari berbuat dosa. Sebab dosa-dosa itulah yang mencampakkan dia seperti itu. "Syaikh Al-Qahthany bercerita, " Pernah aku memandikan mayat. Baru saja kumulai, mendadak warna kulit si mayat berubah jadi hitam legam, padahal sebelumnya putih bersih. Dengan rasa takut aku keluar dari tempat memandikan. Lalu aku bertemu dengan seorang laki-laki. Aku bertanya,"Mayat itu milikmukah ?" Ia jawab, " Ya," Aku bertanya lagi, "Apa ia ayahmu?" Ia menjawab, " Ya." Aku bertanya, " Kenapa ayahmu itu sampai begini?" Ia menjawab, " Sewaktu hidupnya ia tidak sholat." Maka aku katakan kepadanya, " Urusi sendiri ayahmu, dan mandikanlah ia ! "Ibnu Qayyim berkata, " Abu Abdullah Muhammad bin Zubair Al-Haiany bercerita pada kami, bahwa suatu hari selepas Ashar ia keluar rumah untuk berjalan-jalan di taman. Menjelang matahari tergelincir, ia meratakan sebuah kuburan. Tiba-tiba ia melihat sebuah bola api yang telah menjadi bara dan di tengahnya ada mayat. Dia usap-usap matanya seraya bertanya pada dirinya, apakah hal ini mimpi atau kenyataan. Setelah melihat dinding-dinding kota Madinah, ia baru sadar bahwa hal ini suatu kenyataan.Dengan rasa takut dan tubuh gemetar, ia pulang. Ketika keluarganya menyuguhi makanan, ia tidak kuasa memakannya. Setelah cari info ke sana ke mari, akhirnya diperoleh jawaban bahwa kuburan itu adalah kuburan penguasa yang zalim yang suka korupsi yang kebetulan mati hari itu."Kita mohon perlindungan Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala dari su'ul-khotimah. Kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti, apakah baik atau buruk. Karena itu hendaknya kita instropeksi diri terhadap iman dan taqwa kita. Orang-orang sholih zaman dahulu pun takut akan keburukan akhir hidup mereka. Sufyan Ats-Tsaury sering menangis sendiri dan berkata, " Aku begitu takut kalau dalam suratan takdir aku tercatat sebagai orang yang celaka. Atau imanku lepas ketika akan menghadapi maut." Ketika ajal hampir menjemputnya, Ibrahim An-Nakha-i menangis seraya berkata, " Bagaimana aku tidak menangis pada saat aku menanti utusan Tuhanku, apakah membawa berita bahwa aku ke sorga, ataukah ke neraka ?"Ketika Abu 'Athi'ah menjelang wafat, ia menangis dan ketakutan. Orang-orang bertanya, " Mengapa Anda ketakutan ?" Dia menjawab, " Bagaimana mungkin aku tidak takut pada detik-detik seperti ini dan kemudian aku akan dibawa ke mana, aku tidak tahu. " Begitulah kehidupan orang-orang saleh terdahulu. Walau pun sudah terkenal kesalehannya, namun tetap saja mereka takut pada su-ul khotimah.Lalu bagaimana dengan kita ? Sudah pantaskah kita untuk tidak merasa takut akan su'ul-khotimah ? Padahal mereka, para salafush-sholih, yang tentu lebih baik agamanya dari kita pun masih merasa takut akan su'ul-khotimah.Lalu jika kita ingin mati dengan husnul-khotimah dan tanpa su'ul-khotimah, apa yang harus dilakukan? Simak hadits ini: Dari Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya: "Setiap diri yang telah dihembuskan nyawanya, maka Allah telah menentukan tempatnya di surga atau di neraka" Lalu ada seorang shahabat yang bertanya, " Ya Rasululloh, kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita pasrah pada apa yang telah ditentukan kepada kita dan kita tidak usah beramal ?" Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda," Beramallah! Masing-masing akan diberikan kemudahan trehadap apa yang telah diciptakan untuknya. Adapun yang termasuk orang-orang yang bahagia, maka Alloh akan memudahkannya melakukan amalan orang-orang yang bahagia. dan adapun yang termasuk orang-orang yang celaka, maka Alloh akan memudahkannya melakukan amalan orang-orang yang celaka." Kemudian beliau membaca firman Alloh: " Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya pada jalan Alloh) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami kan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar (QS: Al-Lail: 5-10 )" (HR: Al-Bukhary dan Muslim)Begitulah jawabannya. Tetap saja kita diperintahkan untuk beramal sholih, walaupun celaka atau bahagianya kita telah ditentukan sejak kita masih di rahim ibu. Sebab siapa saja yang bertaqwa dan beriman, Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala akan memudahkan beginya jalan menuju bahagia. Dan tentu saja kita juga harus menjauhi amal-amal buruk agar Alloh Subhaanahu Wa Ta'ala menghindarkan kita dari jalan yang celaka.Tentu saja, beramal sholih dan menjauhi maksiat itu ada cara-cara yang jitu untuk melakukannya. Siapa yang mengetahui cara-cara tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan tentu ia akan bahagia. Maka sudah sewajarnya kita berlomba-lomba mencari tahu cara-cara tersebut lewat bertanya, membaca buku-buku agama, dan tentu saja dari materi-materi di majelis pengajian. Wallahu ‘Alam. MediaMuslim.Info